FENOMENA DEPRESI
Hidup memberikan banyak pembelajaran
dan juga pengalaman bagi manusia. Di dalam kehidupan tidak hanya ada
kesenangan, namun ada juga masalah-masalah yang harus manusia hadapi untuk
keberlangsungan hidupnya. Masalah tersebut yang terkadang dapat menimbulkan
depresi pada beberapa orang.
Lalu apakah arti “DEPRESI” itu sendiri?...
Depresi adalah suatu keadaan emosi
yang tidak menyenangkan dan dangkal (low mood) sebagai akibat dari pengaruh
peristiwa yang tidak diharapkan, dimana manifestasi gejalanya dapat bersifat
ringan hingga pada tingkat yang berat (Rosenbaum, 2000).
Depresi juga didefinisikan sebagai
suatu status emosional seseorang yang ditandai dengan kesedihan yang sangat,
perasaan bersalah, menarik diri dari lingkungan, gangguan tidur, anoreksia,
kehilangan gairah seksual, kehilangan ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang
biasanya menyenangkan. (Davison & Neale, 1994).
Para ahli lain melihat depresi
sebagai suatu keadaan psikologis cara individu bereaksi terhadap frustrasi yang
dialaminya (Reideger, Capaldi, 1984). Depresi bukanlah didasarkan pada proses
patologi tunggal, tapi memiliki penyebab yang multiple.
Faktor-faktor penyebab depresi dapat dibagi menurut asalnya sebagai
berikut (Pennel & Creed, 1987)
·
Bersumber
dari fisik
·
Bersumber
dari psikis
·
Bersumber
dari sosial
Menurut Diagnostic and Statistical
Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000),
seseorang menderita gangguan depresi jika: Lima (atau lebih) gejala di bawah
telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2)
kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
- Keadaan
emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap
hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa)
atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
- Kehilangan
minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain)
- Hilangnya
berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya
berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5%
berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
- Insomnia
atau hipersomnia hampir setiap hari
- Kegelisahan
atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang
lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
- Perasaan
lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
- Perasaan
tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar(bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap
masalah adalah dirinya
- Berkurangnya
kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
- Berulang-kali
muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali
muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh
diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Tentunya, depresi tidak terbatas pada
usia, jenis kelamin, ras ataupun agama. Semua orang memiliki kemungkinan untuk
mengalami depresi.
Bagaimana depresi pada kalangan remaja?...
Penelitian yang dilakukan oleh Radloffdan Rutter pada remaja-remaja di antara ras-ras yang berbeda (dalam Marcotte,2002) menemukan bahwa simtomdepresi meningkat mulai dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dan tanda meningkatnya depresi muncul antarausia 13 – 15 tahun, mencapai puncaknyasekitar usia 17 – 18 tahun.
Studi Marcotte (2002) terhadap
populasi di Canada dan Amerika Serikat menemukan bahwa ada sekitar 20 – 35%
remaja laki-laki mengalami mood depresi dan sekitar 25 – 40% terjadi pada
perempuan. Sepanjang hidupnya laki-laki
memiliki resiko antara 8 -12% terkena depresi unipolar, dan sekitar 25%
perempuan Amerika akan mengalami depresi klinis selama kehidupannya (McGrath,
et al.; dalam Gladstone danKoenig,2002).
Kebanyakan data mengindikasikan
tingginya prevalensi yang tidak seimbang ini dimulai saat remaja, yaitu selama
periode usia 6 – 12 tahun, tingkat depresi untuk laki-laki dan perempuan
relatif sama (Nolen-Hoeksema, dalam Gladstone & Koening,2002). Namun selama
periode remaja awal dan tengah, untuk perempuan meningkat tajam sehingga jumlah
penderita depresi perempuan dua kali lipat dibanding remaja laki-laki.
Dari penjelasan di atas dapat
diketahui bahwa masa remaja memungkinkan terjadinya depresi. Banyak kasus bunuh
diri yang dilakukan oleh remaja yang depresi. Remaja mudah mengalami depresi
karena kemampuan kognitif serta emosional mereka yang belum berkembang
sempurna. Para remaja lebih mementingkan hubungan interpersonal dan mementingkan
bagaimana mereka dilihat orang lain. Jika kebutuhan ini bermasalah, maka remaja
yang secara emosional & kognitif masih labil, akan mudah terkena depresi.
Cara menanggulangi depresi
berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan
dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang
terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.
Hubungan antara Kesehatan
Mental dengan Kecerdasan Emosional
Kesehatan Mental
Manusia yang sehat yaitu manusia yang berpikir rasional,
tidak merendahkan dirinya dan perkembangan metalnya berjalan dengan optimal.
Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental
Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut:
- Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain.
- Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain.
Setiap individu
memiliki konsep dirinya masing-masing. Konsep diri berpengaruh pada kesehatan
mental seseorang.
Hariyadi (1997, h.110)
mengemukakan bahwa konsep diri yaitu bagaimana individu memandang terhadap
dirinya sendiri, baikpada aspek fisik, psikologis, maupun sosialnya dapat
mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang. Konsep Diri
akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikir, perasaan, keinginan,nilai
maupun tujuan hidup seseorang (Clemesdan Bean, 2001, h.2).
Kecerdasan emosional
Manusia tidak hanya
cukup sehat secara mental tetapi ada kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh
manusia. Salah satu kecerdasan penting yang harus dimiliki manusia adalah
kecerdasan emosional.
Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut kecerdasan emosional
yaitu suatu kemampuan untuk menyerap, memakai, memahami, dan mengelola emosi.
Pada umumnya, menjadi cerdas secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi
merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup.
Menjadi terampil secara emosional itu dapat menjadikan kita lebih lentur, mudah
menyesuaikan diri, dan dewasa secara emosional.
Kunci sukses
dalam persaingan ditentukan oleh 3 kemampuan utama seseorang, yaitu:
- Kekuatan (power): mengelola yang sudah ada dalam diri, yaitu menjaga stamina dan kesehatan mental yang unggul.
- Kecepatan (speed): Memperbarui diri dengan pemikiran kreatif dan inovatif
- Kegigihan (durability): meningkatkan kecerdasan emosional dan ketabahan menghadapi tantangan hidup dengan strategi jitu.
Hubungan antara Kesehatan Mental
dengan Kecerdasan Emosional
Jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, sudah
pasti Ia sehat secara mental karena Kecerdasan emosi merupakan kapasitas
manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri,
atau mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang
wajar untuk diatasi.
Orang yang sehat mental dan memiliki kecerdasan emosi tinngi
akan selalu berpikir secara rasional, tidak mudah menyerah dan selalu berjuang
di dalam menjalani kehidupannya.
Orang-orang yang unggul dalam kehidupan cenderung cerdas
secara emosional dan sehat secara mental. Kecerdasan emosional menentukan pemenuhan,
produktifitas, perilaku terhadap pekerjaan dan hubungan yang dibangun.
Jadi kesehatan mental dan kecerdasan emosional sangat
berhubungan erat dalam kepribadian dan perilaku manusia. Dan keduanya sangat
penting serta berguna di dalam kehidupan manusia.
Daftar Pustaka:
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(psikologi)
jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/98/88
Pangkalan ide. (2010) Strategic Thingking To Fight Frustration.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Carmazzi. F.
Arthur. (2006) Kecerdasan Identitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Feist, G.
J., & Feist, J. (2010). Theories of personality 7th ed. Jakarta: Salemba
Humanika