Sabtu, 30 Mei 2015

Fenomena Depresi dan Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosi

FENOMENA DEPRESI

Hidup memberikan banyak pembelajaran dan juga pengalaman bagi manusia. Di dalam kehidupan tidak hanya ada kesenangan, namun ada juga masalah-masalah yang harus manusia hadapi untuk keberlangsungan hidupnya. Masalah tersebut yang terkadang dapat menimbulkan depresi pada beberapa orang.

Lalu apakah arti “DEPRESI” itu sendiri?...


Depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal (low mood) sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga pada tingkat yang berat (Rosenbaum, 2000).

Depresi juga didefinisikan sebagai suatu status emosional seseorang yang ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik diri dari lingkungan, gangguan tidur, anoreksia, kehilangan gairah seksual, kehilangan ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang biasanya menyenangkan. (Davison & Neale, 1994).

Para ahli lain melihat depresi sebagai suatu keadaan psikologis cara individu bereaksi terhadap frustrasi yang dialaminya (Reideger, Capaldi, 1984). Depresi bukanlah didasarkan pada proses patologi tunggal, tapi memiliki penyebab yang multiple.

Faktor-faktor penyebab depresi dapat dibagi menurut asalnya sebagai berikut (Pennel & Creed, 1987)
·         Bersumber dari fisik
·         Bersumber dari psikis
·         Bersumber dari sosial

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
  1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
  2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
  3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
  4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
  5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
  6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
  7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar(bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap masalah adalah dirinya
  8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
  9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Fenomena Depresi


Tentunya, depresi tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, ras ataupun agama. Semua orang memiliki kemungkinan untuk mengalami depresi.



Bagaimana depresi pada kalangan remaja?...


Penelitian yang dilakukan oleh Radloffdan Rutter pada remaja-remaja di antara ras-ras yang berbeda (dalam Marcotte,2002) menemukan bahwa simtomdepresi meningkat mulai dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dan tanda meningkatnya depresi muncul antarausia 13 – 15 tahun, mencapai puncaknyasekitar usia 17 – 18 tahun.

Studi Marcotte (2002) terhadap populasi di Canada dan Amerika Serikat menemukan bahwa ada sekitar 20 – 35% remaja laki-laki mengalami mood depresi dan sekitar 25 – 40% terjadi pada perempuan. Sepanjang hidupnya laki-laki  memiliki resiko antara 8 -12% terkena depresi unipolar, dan sekitar 25% perempuan Amerika akan mengalami depresi klinis selama kehidupannya (McGrath, et al.; dalam Gladstone danKoenig,2002).

Kebanyakan data mengindikasikan tingginya prevalensi yang tidak seimbang ini dimulai saat remaja, yaitu selama periode usia 6 – 12 tahun, tingkat depresi untuk laki-laki dan perempuan relatif sama (Nolen-Hoeksema, dalam Gladstone & Koening,2002). Namun selama periode remaja awal dan tengah, untuk perempuan meningkat tajam sehingga jumlah penderita depresi perempuan dua kali lipat dibanding remaja laki-laki.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masa remaja memungkinkan terjadinya depresi. Banyak kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja yang depresi. Remaja mudah mengalami depresi karena kemampuan kognitif serta emosional mereka yang belum berkembang sempurna. Para remaja lebih mementingkan hubungan interpersonal dan mementingkan bagaimana mereka dilihat orang lain. Jika kebutuhan ini bermasalah, maka remaja yang secara emosional & kognitif masih labil, akan mudah terkena depresi.

Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.






Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional



Kesehatan Mental

Manusia yang sehat yaitu manusia yang berpikir rasional, tidak merendahkan dirinya dan perkembangan metalnya berjalan dengan optimal.

Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut:
  • Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan  keadaan orang lain.
  • Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain.

Setiap individu memiliki konsep dirinya masing-masing. Konsep diri berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.
Hariyadi (1997, h.110) mengemukakan bahwa konsep diri yaitu bagaimana individu memandang terhadap dirinya sendiri, baikpada aspek fisik, psikologis, maupun sosialnya dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang. Konsep Diri akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikir, perasaan, keinginan,nilai maupun tujuan hidup seseorang (Clemesdan Bean, 2001, h.2).

Kecerdasan emosional

     Manusia tidak hanya cukup sehat secara mental tetapi ada kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Salah satu kecerdasan penting yang harus dimiliki manusia adalah kecerdasan emosional.

Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut kecerdasan emosional yaitu suatu kemampuan untuk menyerap, memakai, memahami, dan mengelola emosi. Pada umumnya, menjadi cerdas secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional itu dapat menjadikan kita lebih lentur, mudah menyesuaikan diri, dan dewasa secara emosional.

Kunci sukses dalam persaingan ditentukan oleh 3 kemampuan utama seseorang, yaitu:
  • Kekuatan (power): mengelola yang sudah ada dalam diri, yaitu menjaga stamina dan kesehatan mental yang unggul.
  • Kecepatan (speed): Memperbarui diri dengan pemikiran kreatif dan inovatif
  • Kegigihan (durability): meningkatkan kecerdasan emosional dan ketabahan menghadapi tantangan hidup dengan strategi jitu.

Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

Jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, sudah pasti Ia sehat secara mental karena Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat  berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
  

Orang yang sehat mental dan memiliki kecerdasan emosi tinngi akan selalu berpikir secara rasional, tidak mudah menyerah dan selalu berjuang di dalam menjalani kehidupannya.

Orang-orang yang unggul dalam kehidupan cenderung cerdas secara emosional dan sehat secara mental. Kecerdasan emosional menentukan pemenuhan, produktifitas, perilaku terhadap pekerjaan dan hubungan yang dibangun.
Jadi kesehatan mental dan kecerdasan emosional sangat berhubungan erat dalam kepribadian dan perilaku manusia. Dan keduanya sangat penting serta berguna di dalam kehidupan manusia.



Daftar Pustaka:

http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(psikologi)

jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/98/88

Pangkalan ide.  (2010) Strategic Thingking To Fight Frustration. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Carmazzi. F. Arthur. (2006) Kecerdasan Identitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Feist, G. J., & Feist, J. (2010). Theories of personality 7th ed. Jakarta: Salemba Humanika